Menurut penelitian dari Cushman & Wakefield Indonesia, tahun depan diperkirakan sektor properti Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 10 hingga 15 persen. Menurut Director Research and Advisory, Arief Rahardjo, lonjakan investasi akan terealisasi jika terjadi beberapa faktor krusial. Hal-hal tersebut antara lain adalah penurunan suku bunga SBI, penurunan suku bungu pinjaman, dan stabilitas kurs Rupiah terhadap dollar AS, meningkatnya daya beli masyarakat, dan kepastian arah kebijakan.
Semua faktor ini akan mempengaruhi peningkatan investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Dalam catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), hingga kuartal 2015, realisasi investasi sektor properti (hotel, perumahan, kawasan industri, real estate, dan kawasan komersial sebesar Rp 3,866 triliun (Rp 1,044 triliun investasi asing dari 613 proyek dan Rp 2,822 triliun investasi dalam negeri dari 128 proyek). Jumlah ini lebih rendah dibandung kuartal sebelumnya dan pada periode yang sama tahun lalu.
Semua ini karena keadaan ekonomi Indonesia yang ditandai berkurangnya sentimen investasi dan menguatnya kecenderungan orang untung menunggu. Rendahnya tingkat ekonomi nasional yang hanya 4,7 persen membuat daya beli masyarakat (consumer spending power) turun. Keadaan ekonomi global yang tidak menentu di Amerika Serikat, Eropa, dan Cina sebagai tujuan ekspor Indonesia juga mempengaruhi hal tersebut.
Tapi menurut Arief, Indonesia harus mengantisipasi gejolak kurs Rupiah terhadap dolar AS akhir tahun ini karena rencana kenaikan suku bunga FED Fund Rate dan kemungkinan devaluasi lanjutan dari Cina.
Ingin jual atau sewa apartemen? Cari saja di Rukamen, situs listing properti paling lengkap di Indonesia.