Gedung pencakar langit di Tel Aviv, Israel ini memiliki desain yang unik, dimana gedung ini terlihat seperti oasis penuh dengan pohon-pohonan. Gedung ini juga mengkombinasi gaya modern dengan gaya hidup berkelanjutan dengan banyaknya aksen alam di dalamnya.
Dipenuhi dengan tanaman-tanaman Mediterania dan Laut Mati, gedung residensial mixed-use bernama Gran Mediterraneo Tower ini juga memiliki fitur-fitur mewah seperti parkiran mobil yang terautomasi, sawah, stasiun isi ulang elektrik dan taman untuk publik.
Gran Mediterraneo Tower ini dirancang oleh arsitek asal Prancis, bernama David Tajchman, dibalut dengan kaca-kaca dan konkrit putih yang diambil menggunakan teknologi konstruksi dan digital terbaru. Gedung ini terdiri dari apartemen, hotel, area co-working, dan spa.
Gedung parkir terotomasi akan beroperasi sebagai stasiun isi ulang mobil-mobil elektrik pertama yang dibuka untuk publik.
Gedung ini ingin memperbaharui langit Tel Aviv dengan bentuk verikalnya, yang dihasilkan dari alat-alat digital dengan teknologi terkini. Dengan inovasi geometri topologikal yang memberikan efek spiral ke gedung tinggi ini, Gran Mediterraneo menumpukkan lempengan horizontal yang dilapisi dengan kaca.
Baca juga: Rencana Pembangunan Gedung Super Tinggi Yang Menggantung Dari Asteroid
Sumber: Inhabitat
]]>Situs Housing-Estate menggelar Green Property Awards (GPA), kontes tahunan yang mengapresiasi proyek properti yang menggunakan konsep ramah lingkungan. GPA 2016 diberikan kepada 16 proyek properti yang dikembangkan di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Balikpapan dan Makassar.
Ada dua kategori yang diberikan: yang sudah selesai diaplikasikan dan tahap konsep. Tim juri menyeleksi ketat pemenang penghargaan ini. Nirwono Joga, Koordinator Kemitraan Kota Hijau, merupakan pemimpin tim juri. Survei lapangan dan wawancara mendalam dengan pengembang yang menjadi nominator.
Konsep hijau mutlak yang diterapkan bukan untuk mengikuti tren, tapi untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi penghuni, masyarakat sekitar, dan lingkungan. Delapan kriteria penilaian adalah:
Ada 28 proyek yang masuk nominasi yang terdiri dari perumahan, apartemen, superblok dan properti komersial. Dari 28 nominator dipilih 16 proyek.
Inilah 16 pemenang Green Property Awards 2016:
Sumber: Housing Estate
]]>Saat ini, berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), bangunan gedung diperkirakan mengkonsumsi lebih dari sepertiga sumber daya yang ada di dunia, yaitu 12% dari total air bersih yang ada dan menyumbang hampir 40% dari total emisi di bumi. Sementara itu dengan konsep bangunan hijau, pemakaian listrik bisa terpangkas sekitar 40%.
Semua negara di dunia berlomba-lomba membangun gedung konsep hijau. Di Indonesia pembangunan ramah lingkungan sudah mulai banyak dibangun, dilihat dengan terbentuknya Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai penanggungjawab atas penilaian gedung hijau.
Tapi sayang sekali, di Indonesia Bangunan Gedung Hijau (BGH) masih cenderung sedikit karena kebanyakan pengembang dan kontraktor hanya memfokuskan pada cara menciptakan gedung yang murah dan mendapatkan nilai pembelian yang tinggi.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, menyayangkan pemerintah Indonesia yang masih belum cukup tegas untuk mewajibkan pembangunan BGH melainkan masih sebatas mengimbau. Menurutnya, pengembang harus memiliki komitmen dan anggaran ekstra untuk membangun BGH yang biasanya 30% lebih mahal dari pembangunan gedung biasa. Walaupun lebih mahal, pengembang harus lebih jeli melihat hal ini sebagai investasi jangka panjang.
Sedangkan dari pihak pengembang, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Eddy Hussy, mengatakan bahwa pengembang juga bingung karena konsumen sering komplain tentang harga properti yang naik terus. Padahal menurutnya, pengembang sedang berusaha mengejar produk lebih baik dengan konsen hijau.
Bangunan hijau menggunakan material yang tidak biasa dan lebih mahal, sehingga terdapat bangunan-bangunan yang meski mahal, tetapi berkualitas. Semua bahan-bahan yang dipilih adalah untuk menjaga kelanjutan kualitas lingkungan.
Saat ini, pemerintah Jakarta baru saja mengesahkan komitmen 30:30 untuk mengurangi konsumen energi, air, dan emisi karbondioksida pada bangunan di Jakarta 2030 mendatang. Komitmen ini dimulai sejak September 2016 ini. Tahukah Anda bahwa saat ini di Jakarta ada sebanyak 200 gedung dengan konsep hijau?
Sumber: Kompas Properti & Bisnis Indonesia
]]>