Perumm Perumnas dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pengembangan kawasan yang terintegrasi dan inklusif berbasis Transit Oriented Development (TOD). Kedua perusahaan ini akan bekerja sama untuk membangun Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) di area stasiun kereta api, yakni memanfaatkan lahan strategis PT KAI yang berada di sekitar stasiun.
Proyek rusunami ini menggunakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang memiliki target Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dimana sekitar 30 hingga 40% hunian diperuntukkan program subsidi perumahan, FLPP.
Rusunami berbasis Transit Oriented Development (TOD) di Tiga Stasiun
Pembangunan kawasan berbasis TOD ini akan melewati beberapa tahap, dimana tahap pertama akan dilakukan di tiga stasiun: Stasiun Bogor (luas lahan 42.038 meter persegi, 6 tower, 3.600 unit), Stasiun Tanjung Barat (luas lahan 10.450 meter persegi, 2 tower, 860 unit ), dan Stasiun Pondok Cina (luas lahan 5.539 meter persegi, 2 tower, 520 unit).
Tiap unit akan memiliki luas yang berbeda-beda, mulai dari tipe 21 meter persegi hingga 45 meter persegi dengan kisaran harga Rp 6,5 juta-Rp13 juta per meter persegi. Lahan ini akan menggunakan sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) dengan jangka waktu pemakaian 30 tahun dengan kesempatan perpanjangan.
Baca juga: Arti Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) dan Bedanya Dengan Sertifikat Hak Milik (SHM)
Hunian rusunami ini akan dilengkapi dengan fasilitas penunjang, seperti area komersial dan ruang sosialisasi para penghuni, serta fasilitas umum rusun lainnya (taman bermain anak, roof garden, dll) yang semuanya terintegrasi dalam satu kawasan. Ini artinya semua penghuni bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan mudah dan nyaman.
Mengurangi Biaya Transportasi Masyarakat dan Mengurangi Kemacetan
Menurut Direktur Utama Perum Perumnas, Bambang Triwibowo, pihak Perumnas berupaya untuk mengurangi biaya transportasi masyarakat yang harus dikeluarkan dari rumah ke stasiun. Dengan tinggal di rusunami ini, maka biaya transportasi tersebut akan hilang dan bisa digunakan untuk menyicil, biaya pendidikan, sekaligus mengurangi kemacetan karena mengurangi volume kendaraan bermotor.
Ketiga proyek TOD ini mengeluarkan biaya investasi sekitar Rp 2 triliun dan diharapkan bisa mulai groundbreaking pada kuarta pertama tahun 2017, selesai dalam waktu empat tahun.
Area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) memiliki 80 stasiun kereta api listrik (KRL) dengan jumlah pengguna kereta mencapai 914.840 penumpang per hari dan mayoritas pengguna menempuh jarak antara rumah dan stasiun sejauh 1-10 kilometer. KRL telah menjadi moda transportasi pilihan masyarakat karena lebih efisien dan bisa menghindari kemacetan.
Karena itulah ada kenaikan signifikan terhadap properti dan tanah yang berada di sekitar stasiun, sehingga hal ini mendorong Perumnas untuk mencari solusi yang paling cocok untuk menjawah tingginya minat dan kebutuhan masyarakat akan hunian yang dekat dengan stasiun.
Sumber: Detik Finance