Maraknya pengajuan KPR di bank dan perusahaan pembiayaan di Indonesia datang dari berbagai generasi. Namun, baru-baru ini, Perum Perumnas mengungkapkan mayoritas calon pembeli yang gagal memesan rumah di pengembang pelat merah tersebut adalah kaum milenial loh. Kok bisa?
Simak rangkuman kami selengkapnya di bawah ini.
Kaum Milenial Termasuk yang Kesulitan Menerima Pengajuan KPR
Menurut Direktur Pemasaran Perumnas Anna Kunti Pratiwi, total calon pemesan milenial yang kurang lebih usianya 35 tahun ke bawah adalah yang gagal membeli rumah di Perumnas—sebanyak 70% dari 46% dari seluruh calon pemesan yang gagal beli.
Menurut Anna, kasus gagal beli ini terjadi sebab para calon pembeli rumah tersebut tersandung oleh proses BI Checking.
Bila Anda belum tahu, BI Checking adalah Informasi Debitur Individual (IDI) Historis yang mencatat lancar atau macetnya pembayaran kredit (kolektibilitas) seseorang.
Karena memang rata-rata calon pembeli termasuk kelompok milenial, atau kelompok yang menengah bawah, kebanyakan kalangan ini sudah banyak yang memiliki kredit atau kewajiban terhadap pihak lain yang menyebabkan tidak lolos untuk slipnya.
Alasan milenial banyak yang tak lolos pemutihan BI Checking pun beragam, walaupun mayoritas adalah karena kebiasaan yang konsumtif.
Seperti misalnya mereka punya tagihan kartu kredit yang belum lunas, kemudian untuk cicilan dari barang konsumtif lainnya juga pasti tercatat di data perbankannya. Misal seperti punya cicilan motor dan barang barang konsumtif lainnya. Dengan banyaknya alasan-alasan seperti ini, eligibility yang masuk ke dalam persyaratan pengajuan KPR menjadi terbatas.
Tumpukan cicilan yang dimiliki membuat bank enggan meloloskan permohonan KPR mereka. Dalam memberikan kredit, perbankan memiliki credit scoring. Ketika penghasilan terbatas sementara cicilan banyak, perbankan menolak karena khawatir milenial tak sanggup mencicil.
Tagihan kartu kredit yang belum lunas saja bisa masuk ke dalam catatan di BI, kemudian untuk cicilan dari barang konsumtif lainnya juga pasti tercatat di data perbankannya. Misal seperti punya cicilan motor dan barang konsumtif lainnya.
Selain penilaian mengenai kepemilikan kredit di kebutuhan lain, Anna menilai jenis pekerjaan milenial yang belum tetap juga menjadi alasan penolakan pihak bank. Terutama, para pekerja yang belum memiliki status tetap akan sulit untuk mendapatkan rumah subsidi.
Pengajuan KPR Milenial
Baca juga: Bunga KPR Terendah di Bank Apa?
Solusinya Apa Kalau Begitu?
Mengakali kondisi pengajuan KPR tersebut, Perumnas senantiasa membangun kerja sama dengan pihak terkait lainnya yang mampu menghadirkan rumah terjangkau bagi para milenial. Salah satunya dengan cara bekerja sama dengan perbankan.
“Jadi memang untuk mengatasi ini, kita punya program juga, penjualan kolektif melalui instansi pemerintah maupun juga swasta, jadi kita bekerja sama dengan instansi swasta dan pemerintah itu dan juga dengan perbankannya untuk program kepemilikan rumah bagi karyawan,” ungkapnya.
Sehingga, memudahkan calon pembeli milenial memproses persyaratan untuk membeli rumah di Perumnas.
“Jadi di situ bisa dengan potong gaji dan lain sebagainya, jadi ada jaminan juga dari perbankan mengenai status dari karyawan itu dan itu sudah mulai banyak peminatnya dan juga mitra perbankan saat ini sudah banyak program-program khusus untuk milenial, baik dalam proses persetujuan KPR atau KPA nya dan juga dari masa tenggang waktu cicilannya,” pungkasnya.
Sumber: Detik Finance, Ayo Bandung.com
Begitulah kira-kira kenapa kaum milenial kesannya selalu gagal dalam pengajuan KPR. Apa Anda salah satunya?
Baca juga: Ide Interior Rumah Minimalis Berikut Ini Harus Anda Coba
Jika Anda adalah seorang pemilik rumah yang sudah lama mencoba menyewakan atau menjual rumah tersebut, pertimbangkanlah untuk menggunakan Saleshack. Saleshack adalah sebuah jasa pemasaran properti seperti apartemen, rumah, tanah, ruko dan lainnya yang murah, mudah dan cepat pengerjaannya. Cukup dengan IDR 399,000.00 nett, apartemen Anda dapat dibantu ditayangkan di 15 online channels di seluruh Indonesia tanpa biaya komisi agen seperti pada umumnya. Pemasaran properti pun dilakukan dengan cara pintar, mudah dan cepat.