Saat ini konsep hunian terintegrasi transportasi massal atau transit oriented development (TOD) sedang menjadi tren baru yang ditawarkan pengembang. Konsep ini dianggap sebagai solusi hunian di kota karena menawarkan akses transportasi mudah sehingga penghuni tidak perlu macet-macetan untuk mencapai tempat kerja atau belajar mereka.
Selain itu, proyek ini juga ingin menjadi solusi bagi kemacetan di kota besar yang semakin parah karena penggunaan kendaraan pribadi yang semakin meningkat. Karena itulah, proyek TOD mengintegrasikan proyek properti dengan transportasi massal, seperti LRT.
Tapi Bambang Prihartono selaku Kepala Badan Pengatur Transportasi Jabodetabek, mengatakan bahwa proyek TOD yang ditawarkan pengembang saat ini belum mengacu pada konsep yang benar. Menurutnya, konsep yang ditawarkan tersebut hanya hunian yang dekat dengan terminal, atau terintegrasi dengan stasiun.
Menurutnya, inti dari TOD adalah mendekatkan pemukiman dengan simpul-simpul transportasi, seperti terminal dan stasiun. Konsep lainnya adalah sebagai tempat transit. Orang-orang yang datang ke area TOD tersebut langsung menemukan moda transportasinya dengan berjalan kaki, maksimal tujuh menit.
Selama ini TOD yang ditawarkan pengembang masih menggunakan sistem single activity dimana hanya mengandalkan satu moda transportasi dan tidak memikirkan angkutan selanjutnya. Hal ini dapat mengakibatkan terminal dan stasiun menjadi semrawut dan kumuh karena orang sulit pindah moda kendaraan.
Harusnya, dengan konsep TOD, konsep transitnya bisa membuat orang beralih dari satu moda transportasi ke moda lainnya agar bisa mencapai tujuan akhir. Setiap peralihan moda tersebut juga tidak boleh lewat dari tujuh menit berjalan kaki untuk mencapainya.
Karena berbasis transportasi umum, area TOD juga harus terbuka untuk kawasan sekitar atau hunian yang sudah ada dalam radius beberapa kilometer. Pemerintah daerah diminta menyediakan sarana dan fasilitas yang bisa mempermudah masyarakat mencapai kawasan TOD terdekat.
Salah satu fasilitas yang harus ada di area TOD adalah fasilitas parkir, dimana pengendara yang hendak melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi massal bisa memarkir kendaraan mereka. TOD seharusnya mendorong sebanyak mungkin orang-orang untuk menggunakan angkutan umum.
Diketahui bahwa dari 47,5 juta perjalanan di Jabodetabek, hanya 2% yang menggunakan transportasi umum, 75% menggunakan sepeda motor, dan 23% menggunakan mobil pribadi. Karena itu, lalu lintas di Jabodetabek masuk ke kategori kondisi macet gawat darurat. Karena itu konsep TOD diharapkan menjadi salah satu solusinya.
Saat ini, Badan Pengatur Transportasi Jabodetabek sedang menyediakan klinik untuk memberikan edukasi kepada para pengembang tentang konsep TOD yang benar. Dengan TOD ini, mereka ingin mengatur dan mengubah pergerakan orang. Pola pergerakannya harus sehat agar lalu lintas lebih lancar.
Baca juga: Perkiraan Harga Rusun dan Rusunami Berbasis TOD
Sumber: Housing Estate
One comment
Pingback: Membangun Transit Oriented Development Yang Tepat Fungsi - media sarana informasi