Dengan banyaknya gelembung properti di seluruh dunia, seperti di Cina, Amerika Serikat, dll, pendiri Lippo Group, Mochtar Riady, mengatakan bahwa bisnis properti di Indonesia tidak akan mengalaminya.
“Saya tidak melihat bubble properti di Indonesia karena kebutuhan properti, terutama hunian masih sangat tinggi, sementara pasokan terbatas. Belum ada keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan” kata Mochtar Riady kepada Kompas.com.
Ia mengatakan, hal ini karena harga properti di Indonesia masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura. Selain itu, masyarakat Indonesia yang membutuhkan rumah juga lebih banyak dari 13.5 juta, angka yang tercatat secara resmi di Biro Pusat Statistik (BPS).
Ketiga, peraturan perbankan yang ketat tentang asal-usul uang yang dibelanjakan masyarakat merupakan sebagai pencegah bubble sekaligus menghambat pertumbuhan sektor properti menjadi lebih besar. Ditambah lagi dengan masalah perpajakan, masih banyak pertimbangan orang atau investor untuk membeli properti. “Jadi untuk dikatakan Indonesia menuju bubble masih jauh”, kata Mochtar.
Walaupun sektor properti sedang mengalami pelambatan, kondisi ini dianggap wajar karena bisnis apapun pasti memiliki siklus, kadang di atas, kadang di bawah. “Saya tidak melihat itu sebagai bubble. Kuncinya, sektor perbankan harus memperbaiki sistemnya dengan baik dan benar. Ditambah, sektor properti adalah salah satu penggerak perekonomian negara”, tambahnya lagi.
Sumber: Kompas Properti
Sumber foto: BenderaNews.com