fenomena urbanisasi
Urbanisasi kerap terjadi di Indonesia, khususnya pasca lebaran dan setiap menjelang tahun baru. Terjadinya perpindahan masyarakat desa ke kota ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Motifnya pun bermacam-macam, mulai dari mengadu nasib, mencari pekerjaan, ingin mengenyam pendidikan yang lebih baik, hingga anggapan bahwa sarana dan infrastruktur yang tersedia di kota lebih lengkap daripada di desa.
Pada umumnya, angka urbanisasi diperkirakan meningkat sebesar 3,5 persen setiap tahunnya. Berdasarkan angka yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2010 silam, diperkirakan angka urbanisasi yang terjadi sekitar 49,8 persen. Nilai ini meningkat di tahun-tahun selanjutnya, yaitu tahun 2015 yang mencapai angka 53,3 persen. Sedangkan di tahun 2016 ini, nilainya bertambah lagi menjadi 54,5 persen.
Yang mengejutkan lagi, fenomena urbanisasi yang cukup meningkat pesat kali ini terjadi di Kabupaten Karawang. Disinyalir, penyebabnya tidak lain karena kota Industri ini memiliki upah minimum kabupaten (UMK) terbesar di Indonesia.
Diperkirakan pelaku urbanisasi ke Karawang telah mencapai 15.000 jiwa. Para pendatang yang datang tidak hanya dari Jawa Tengah dan Kota Bandung saja, melainkan juga dari ibu kota yang memilih pindah ke daerah ini.
Namun tetap saja, ibu kota masih menjadi incaran favorit bagi para pelaku urbanisasi. Fenomena urbanisasi ini mengakibatkan meningkatnya angka urbanisasi ke kota-kota besar seperti Jakarta ternyata mendorong permintaan kebutuhan tempat tinggal. Untuk itu, diperlukan sebuah upaya penyediaan rumah layak huni agar kualitas hidup masyarakatnya dapat tetap terjaga.
Dilansir dari Beritasatu.com, Senin, 03 Oktober 2016, Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarif Burhanuddin menyatakan, saat ini pemerintah terus berupaya mengantisipasi meningkatnya permintaan kebutuhan rumah melalui program Satu Juta Rumah.
Sayangnya, persoalan lain yang terjadi yaitu keterbatasan lahan di Jakarta.
Permintaan rumah yang cukup tinggi, namun lahan atau tanah yang tersedia tidak bertambah bahkan terbatas, tentunya menjadi sebuah persoalan baru. Syarif pun menyatakan, salah satu upaya pemerintah yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong perumahan layak, yaitu dengan memaksimalkan pembangunan hunian ke arah vertikal.
Hal ini cukup wajar, sebab minimnya lahan yang ada di kawasan perkotaan, secara tidak langsung menjadikan hunian vertikal atau apartemen menjadi solusi terbaik dari permasalahan ini. Namun, anggapan bahwa apartemen itu mahal, kerap menjadi alasan keengganan masyarakat memilih apartemen sebagai tempat tinggal. Padahal, banyak sekali apartemen-apartemen yang dibandrol dengan harga cukup terjangkau, seperti Apartemen Kalibata City, Apartemen Pramuka dan apartemen-apartemen dengan harga terjangkau lainnya.
Kurangnya informasi mengenai pilihan apartemen yang ada, seolah membuat pilihan masyarakat dalam menentukan apartemen menjadi terbatas. Padahal, banyak sekali apartemen tersedia yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
Senada dengan hal tersebut, pelaku urbanisasi dengan tujuan mengenyam pendidikan tinggi pun memiliki anggapan yang sama. Banyak sekali apartemen terjangkau yang berada di dekat kawasan-kawasan kampus, seperti beberapa apartemen di Depok.
Berdirinya kampus-kampus unggulan di Kota Depok, juga berpengaruh pada angka urbanisasi di kota tersebut. Dengan mulai berdiri dan dibangunnya beragam apartemen di kawasan tersebut, seperti Apartemen Taman Melati, yang jaraknya hanya 5 menit menuju Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma dan Universitas Pancasila, Apartemen Margonda Residence Depok, Apartemen Park View Detos dan Apartemen Adhigrya Pangestu yang menjadi pilihan favorit para mahasiswa di Universitas Indonesia, dan pilihan apartemen di Depok lainnya yang dapat menjadi alternatif baru hunian praktis dan modern dalam menunjang aktifitas sehari-hari para mahasiswa khususnya pelaku urbanisasi, menjadi lebih mudah, praktis dan nyaman.
Itulah fenomena urbanisasi yang kerap terjadi di kota-kota besar dan beberapa persoalannya. Kesimpulannya, dalam mengatasi peningkatan jumlah pelaku urbanisasi yang semakin tinggi setiap tahunnya dan keterbatasan lahan di kota-kota besar, maka hunian vertikal dapat menjadi pilihan dan solusi yang tepat bagi Anda yang memilih tinggal di kota-kota besar tersebut. Selain nyaman, kesejahteraan tempat tinggal pun terjamin.